Kamis, 27 Oktober 2016

Naskah Surat Incung Pusaka Debai Saleh Jagung Batuah Dusun Baru Siulak

Naskah Surat Incung Pusaka Debai Saleh Jagung Batuah Dusun Baru Siulak.  

                                                                                                                                                   Diterbitkan oleh Hafiful Hadi Sunliensyar S.Pd 

                                                                                                                                                   Disusun Oleh Rahma Danil

  A. Awal Penemuan

 Naskah ini awalnya disimpan oleh Simpan Lamat alias Induk Kalimah yang merupakan pemakai gelar Debai Saleh di Larik Jagung Batuah Dusun Baru Siulak. Sebagai pemakai gelar "Saleh" yang merupakan gelar perempuan bagi "anak Batino" dalam Suku Kerinci, Simpan lamat bertugas sebagai pelaksana bermacam upacara­upacara ritual adat, pengobatan, dan ritual Asyeik. Namun ketika beliau wafat segala alatalat ritual yang berada di dalam rumahnya dibuang oleh anak keturunannya dengan cara diletakkan dalam makam Ninek Debai yang berada diperbatasan Desa Dusun Baru Siulak dan Siulak Panjang, termasuk pula naskah Surat Incung ini. Dikarenakan penulis masih punya hubungan geneologis dalam luhah Jagung Batuah dari kakek pihak Ayah maka penulis merasa punya tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga naskah ini.

 B. Bentuk dan Fungsi Naskah

 Naskah Surat Incung ini ditulis pada seruas bambu, dengan bagian ujung atas terbuka dan ujung bawah tertutup oleh ruas buku bambu sendiri. Selain berukir dengan tulisan­tulisan incung, pada bagian ujung atas dan bawah naskah terdapat motif geometris, flora dan fauna. Adapun fungsi naskah belum diketahui secara pasti, dari keterangan warisnya naskah bambu diletakkan disamping "Sangkak Luwen" dan sesajian balian di dalam bilik kamar. Namun, menurut Bakhtiar Anip, dulunya naskah­naskah Incung pada dua ruas bambu akan dilantunkan saat seorang bujang bertandang menemui gadis pujaan hatinya. Selain dilantunkan, naskah bambu tersebut juga diisi pasir oleh pemiliknya sehingga saat naskah incung dilantunkan, bambu juga menghasilkan bunyi dari gesekan pasir dan bagian dalam bambu ketika digerak­gerakkan oleh sang Khatib. Kondisi tulisan pada naskah ini relatif baik walaupun pada motif bagian bawah naskah banyak yang terkelupas. 

C. Alih Aksara Naskah 

1. Motif Geometris, Flora dan Fauna 

2. Selanjutnya bunyi salinan naskah sebagai berikut :

Baris 1 [Ukiran bergambar burung sebagai penanda awal dari tulisan] (H)ini surat urang pangigaw lagi tasisih lagi tasiray

 Baris 2 lagi dibuwang kanti sirapat bujang dangan ga

Baris 3 dih hih tubuh badan aku buruk sukat sudah

 Baris 4 halah untung calaka badan hih piya pu

Baris 5 la hati kusut kapala paning badan litak panana

 Baris 6 jauh sabab di ka­u hiya adik intan ma

Baris 7 nawan ka­u haku galar burung sinaraw 

Baris 8 gila ka­u panggila hati haku caya mata mangkuta hati

 Baris 9 Ka­ung sudah mangambur ja­uh mangambik pabisan gatuk 

Baris 10 ka­u niyan hanak datung ka­u niyan haku lawan

 Baris 11 Barusik saja haku tinggan bapanuh hati tatkala mata hari Sambungan tulisan naskah dibuat melintang dari arah tulisan sebelumnya pada ujung bagian bawah bambu atau ujung bagian kanan dari bambu 

Baris 12 [Motif Geometris] jatuh sudah surat 

Baris 13 Hincung Pangulu Bujang

 Baris 14 Dalam Dusun Sulak

 D. Terjemahan dan Penjelasan Isi

         Naskah Naskah ini berisi tentang ratapan seorang Penghulu Bujang yang bermukin di Dusun Sulak terhadap kekasihnya yang pada akhirnya telah memutuskan cintanya dan sang kekasih lebih memilih "Pabisan Geto" atau anak "datung" nya sendiri (Anak lelaki dari Bibi sang kekasih), berikut bunyi naskah dalam Bahasa Indonesia: "Ini Surat Orang Pengigau (pemimpi) lagi tersisih lagi tersirai(tercampak) lagi dibuang oleh kawan baik yang bujang maupun gadis (sesama remaja). Aeh (bermakna meratap) tubuh badanku yang buruk Sukat, sudahlah untung celaka badan. Aeh, Kenapa pula hati kusut kepala pening badan letih pikiran jauh? sebab engkau wahai adik Intan Manawan, engkau aku gelari (engkau aku umpamakan) Burung Sinaraw (Sinaro/Simaro?) gila, engkau penggila hati cahaya mata mangkuta hati, engkau sudah menghambur jauh, memilih "Pabisan Geto" mu nian, memilih anak "Datung"mu nian, aku teman bermain saja, aku yang tinggal berbesar hati. Tatkala Matahari jatuh, Sudahlah surat Incung Penghulu Bujang didalam dusun Sulak"

 E. Istilah­Istilah

 1. Panana (Pengucapan: Panano tergantung dialek dusun masing­ masing) berarti pikiran

 2. Pabisan Gatuk (Pengucapan: Pabisan Gto) adalah istilah untuk menyebut anak dari saudara kandung laki­laki dari pihak ibu atau anak dari saudara kandung perempuan dari pihak bapak

 3. Datung adalah istilah untuk menyebut saudara perempuan dari pihak bapak, atau istri dari paman

 4. Hih/Aeh adalah kata­kata yang sering diucapkan sehari­hari memberikan penekanan ratapan seseorang

F. Dokumentasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar