Naskah Surat Incung Pusaka Debai Saleh Jagung Batuah Dusun Baru Siulak
Naskah Surat Incung Pusaka Debai Saleh Jagung
Batuah Dusun Baru Siulak.
Diterbitkan oleh Hafiful Hadi Sunliensyar S.Pd
Disusun Oleh Rahma Danil
A. Awal Penemuan
Naskah ini awalnya disimpan oleh Simpan Lamat alias Induk Kalimah
yang merupakan pemakai gelar Debai Saleh di Larik Jagung Batuah
Dusun Baru Siulak. Sebagai pemakai gelar "Saleh" yang merupakan
gelar perempuan bagi "anak Batino" dalam Suku Kerinci, Simpan lamat
bertugas sebagai pelaksana bermacam upacaraupacara ritual adat,
pengobatan, dan ritual Asyeik. Namun ketika beliau wafat segala alatalat
ritual yang berada di dalam rumahnya dibuang oleh anak
keturunannya dengan cara diletakkan dalam makam Ninek Debai yang
berada diperbatasan Desa Dusun Baru Siulak dan Siulak Panjang,
termasuk pula naskah Surat Incung ini. Dikarenakan penulis masih
punya hubungan geneologis dalam luhah Jagung Batuah dari kakek
pihak Ayah maka penulis merasa punya tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga naskah ini.
B. Bentuk dan Fungsi Naskah
Naskah Surat Incung ini ditulis pada seruas bambu, dengan bagian
ujung atas terbuka dan ujung bawah tertutup oleh ruas buku bambu
sendiri. Selain berukir dengan tulisantulisan incung, pada bagian
ujung atas dan bawah naskah terdapat motif geometris, flora dan
fauna. Adapun fungsi naskah belum diketahui secara pasti, dari
keterangan warisnya naskah bambu diletakkan disamping "Sangkak
Luwen" dan sesajian balian di dalam bilik kamar. Namun, menurut
Bakhtiar Anip, dulunya naskahnaskah Incung pada dua ruas bambu
akan dilantunkan saat seorang bujang bertandang menemui gadis
pujaan hatinya. Selain dilantunkan, naskah bambu tersebut juga diisi
pasir oleh pemiliknya sehingga saat naskah incung dilantunkan, bambu
juga menghasilkan bunyi dari gesekan pasir dan bagian dalam bambu
ketika digerakgerakkan oleh sang Khatib. Kondisi tulisan pada naskah
ini relatif baik walaupun pada motif bagian bawah naskah banyak yang
terkelupas.
C. Alih Aksara Naskah
1. Motif Geometris, Flora dan Fauna
2. Selanjutnya bunyi salinan naskah sebagai berikut :
Baris 1
[Ukiran bergambar burung sebagai penanda awal dari tulisan]
(H)ini surat urang pangigaw lagi tasisih lagi tasiray
Baris 2
lagi dibuwang kanti sirapat bujang dangan ga
Baris
3
dih hih tubuh badan aku buruk sukat sudah
Baris 4
halah untung calaka badan hih piya pu
Baris
5
la hati kusut kapala paning badan litak panana
Baris 6
jauh sabab di kau hiya adik intan ma
Baris
7
nawan kau haku galar burung sinaraw
Baris 8
gila kau panggila hati haku caya mata mangkuta hati
Baris 9
Kaung sudah mangambur jauh mangambik pabisan gatuk
Baris 10
kau niyan hanak datung kau niyan haku lawan
Baris 11
Barusik saja haku tinggan bapanuh hati tatkala mata hari
Sambungan tulisan naskah dibuat melintang dari arah tulisan
sebelumnya pada ujung bagian bawah bambu atau ujung bagian kanan
dari bambu
Baris 12
[Motif Geometris] jatuh sudah surat
Baris 13
Hincung Pangulu Bujang
Baris 14
Dalam Dusun Sulak
D. Terjemahan dan Penjelasan Isi
Naskah
Naskah ini berisi tentang ratapan seorang Penghulu Bujang yang
bermukin di Dusun Sulak terhadap kekasihnya yang pada akhirnya
telah memutuskan cintanya dan sang kekasih lebih memilih "Pabisan
Geto" atau anak "datung" nya sendiri (Anak lelaki dari Bibi sang
kekasih), berikut bunyi naskah dalam Bahasa Indonesia:
"Ini Surat Orang Pengigau (pemimpi) lagi tersisih lagi
tersirai(tercampak) lagi dibuang oleh kawan baik yang bujang maupun
gadis (sesama remaja). Aeh (bermakna meratap) tubuh badanku yang
buruk Sukat, sudahlah untung celaka badan. Aeh, Kenapa pula hati
kusut kepala pening badan letih pikiran jauh? sebab engkau wahai adik
Intan Manawan, engkau aku gelari (engkau aku umpamakan) Burung
Sinaraw (Sinaro/Simaro?) gila, engkau penggila hati cahaya mata mangkuta hati, engkau sudah menghambur jauh, memilih "Pabisan
Geto" mu nian, memilih anak "Datung"mu nian, aku teman bermain
saja, aku yang tinggal berbesar hati. Tatkala Matahari jatuh, Sudahlah
surat Incung Penghulu Bujang didalam dusun Sulak"
E. IstilahIstilah
1. Panana (Pengucapan: Panano tergantung dialek dusun masing masing) berarti pikiran
2. Pabisan Gatuk (Pengucapan: Pabisan Gto) adalah istilah untuk menyebut anak dari saudara kandung lakilaki dari pihak ibu atau anak
dari saudara kandung perempuan dari pihak bapak
3. Datung adalah istilah untuk menyebut saudara perempuan dari
pihak bapak, atau istri dari paman
4. Hih/Aeh adalah katakata yang sering diucapkan seharihari memberikan penekanan ratapan seseorang
F. Dokumentasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar